Perempuan Berilmu Demi Generasi Bermutu

Perempuan berilmu berperan penting dalam mendidik generasi berkualitas; dengan pendidikan yang memadai, seorang ibu dapat mendukung keluarga dan masyarakat, sekaligus menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.

INSPIRASI ALUMNI

Dr. Phil. Irnie Victorynie, S.Pd., M.Pd.

10/30/20244 min read

Sebuah stigma yang masih marak di masyarakat, yaitu perempuan tidak perlu menuntut ilmu tinggi-tinggi. Toh nantinya, ia hanya akan berakhir di dapur, mengurus anak, dan mengurus rumah tangga. Dua kalimat yang cukup manarik untuk dicermati.

Pernyataan itu tidak sepenuhnya keliru, karena memang salah satu kewajiban seorang perempuan setelah menikah adalah mengurusi rumah tangganya. Namun, perlu dikaji lagi kalimat penyerta sebelumnya, bahwa perempuan tidak perlu menuntut ilmu yang tinggi. Seolah-olah mengklaim bahwa peran dan tugas perempuan itu sepele, tidak usah pakai ilmu dan tidak perlu berpendidikan untuk menjalankannya.

Bila benar bahwa perempuan tidak usah berpendidikan yang memadai, karena tak perlu banyak ilmu dalam menjalani hidupnya sehari-hari, lantas bagaimana dengan pernyataan dari salah satu Bapak Proklamator kita, Muhammad Hatta, yang menegaskan, “jika kamu mendidik satu laki-laki, maka kamu mendidik satu orang. Namun, jika kamu mendidik satu perempuan, maka kamu mendidik satu generasi.”

Selain itu, bila perempuan tak perlu berilmu, bagaimana memaknai penggalan surat RA Kartini untuk Nyonya M.C.E. Ovink-Soer, pada tanggal 2 November 1900 silam, yang menyerukan pentingnya ilmu bagi perempuan, karena perempuan mengemban peran yang besar bagi kehidupan ini. Kartini menulis dalam suratnya, “... perempuan sebagai pendukung Peradaban! Bukan, bukan karena perempuan yang dianggap cakap untuk itu, melainkan karena saya sendiri juga yakin sungguh-sungguh, bahwa dari perempuan mungkin akan timbul pengaruh besar, yang baik atau buruk akan berakibat besar bagi kehidupan: bahwa dialah yang paling banyak dapat membantu meninggikan kadar kesusilaan manusia. Dari perempuanlah manusia itu pertama-tama menerima pendidikan. Di pangkuan perempuanlah seseorang mulai belajar merasa, berpikir, dan berkata-kata... Dan bagaimanakah ibu-ibu Bumiputera dapat mendidik anak-anaknya, kalau mereka sendiri tidak berpendidikan?”

Kedua pernyataan di atas bisa menjadi stimulan dan motivasi bagi perempuan, untuk bersemangat memperoleh pendidikan yang memadai dan ilmu yang mumpuni. Muhammad Hatta dan Kartini mengungkapkan pendapat yang selaras terkait keterlibatan dan peran perempuan yang signifikan dalam mempersiapkan dan mendidik generasi pelanjut perjuangan bangsa Indonesia. Karenanya, perempuan harus berpendidikan dan berilmu.

Teringat salah satu syair ternama tentang perempuan, yang mengatakan bahwa Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anak mereka. Sayangnya, terkadang kita luput bahwa madrasah itu tentu sarat dengan ilmu pengetahuan. Maknanya, seorang Ibu harus memiliki ilmu dan pengetahuan yang luas untuk layak dan adekuat menjadi madrasah bagi anak-anak. Karena itu, setiap perempuan di tanah air ini seyogyanya mempersiapkan diri menjadi orang tua sekaligus pendidik yang berilmu bagi setiap tunas bangsa yang terlahir.

Perempuan yang memiliki pendidikan yang cukup dan ilmu yang luas tentu akan menghasilkan anak-anak yang berkualitas. Meski sebenarnya perempuan memiliki naluri alamiah dalam mengurus rumah tangga dan keluarga. Kendati demikian, tetap saja memerlukan ilmu sebagai pondasi dan amunisi dalam menjalani kehidupannya. Salah satu ikhtiarnya adalah dengan berupaya mengenyam pendidikan di sekolah yang setinggi-tingginya dan semampunya. Akan banyak ilmu dan hikmah bermanfaat yang diperoleh dari proses pendidikan tersebut, untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam mendidik buah hati.

Berkaitan dengan menuntut ilmu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan tentang hal itu. Dalam Hadits Riwayat Ibnu Majah no. 224, Beliau menyampaikan bahwa menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim. Maknanya, perintah menuntut ilmu bukan hanya untuk laki-laki, namun berlaku juga untuk perempuan.

Dengan berbekal ilmu, seorang perempuan bisa membedakan mana yang benar, dan mana yang sebaliknya. Mana perihal yang bermanfaat, dan mana yang sia-sia. Begitupun seorang Ibu yang berilmu, akan mengetahui bentuk pola asuh dan pola didik yang tepat, serta mewaspadai pola parenting yang tidak ilmiah dan tidak berorientasi pada kemanfaatan di masa depan.

Tanpa dukungan ilmu yang memadai, seorang perempuan akan mengalami masalah yang kompleks dalam menjalani kehidupan. Sebagai contoh, terjadinya ragam kenakalan anak yang diakibatkan oleh pola asuh yang kurang tepat, dan peran Ibu yang kurang optimal dalam mendampingi anak. Termasuk di dalamnya, kurang memberikan perhatian dan bimbingan kepada anak, sehingga tanpa disadari, anak menjadi mudah dipengaruhi dan dibentuk oleh lingkungan.

Ditambah lagi, hadirnya gadget menjadi tantangan dan perjuangan baru bagi Ibu. Komunikasi, interaksi, dan informasi sangat mudah untuk diakses dan diselami anak. Karena itu, apabila seorang ibu tidak mau belajar untuk memahami penggunaan gadget, termasuk apa kelebihan dan kekurangannya, maka bisa terjadi penyalahgunaan gadget oleh anak.

Terakhir, seluruh perempuan Indonesia seyogyanya terus bersemangat untuk menimba ilmu yang bermanfaat. Selama ada peluang untuk melanjutkan sekolah, ambilah kesempatan itu, agar ilmu senantiasa bertambah dan terus terbarukan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Meski sudah menikah, bahkan telah dikaruniai buah hati, jangan pernah berhenti belajar dan memperluas ilmu pengetahuan. Karena ilmu menjadi bekal utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk diamalkan dalam kehidupan berumah tangga. Perempuan berilmu akan mampu menjadi pendamping yang berbakti kepada suami, dan menjadi Ibu yang istimewa bagi anak-anak yang luar biasa, serta menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa.

Biodata penulis:

Dr. Phil. Irnie Victorynie, S.Pd, M.Pd. Dosen di Universitas Islam 45 Bekasi ini kelahiran Kuningan, 19 Juni 1982. Lulus sarjana Universitas Siliwangi Tasikmalaya; Magister Universitas Negeri Jakarta; dan Doctor of Philosophy International Islamic University Malaysia (IIUM).

Sejumlah artikel ibu dari Adzkiya Auliya Tsabita, Hanifah Yumna Aqila, dan Khalid Abdullah Azzam ini telah dipublikasikan dalam beberapa jurnal, yaitu: Academic Supervision in Integrated Islamic Elementary Schools During the COVID-19 Pandemic (2022); Analysis of student satisfaction with the quality of education services (2022); Whole Language Approach Implementation as a Child Language Learning Model Development (2021); Quranic Multiple Intelligences and its Implementation in Educational Institutions (2021); Factors Influencing Indonesian Married Female Students Pursuing a Higher Education Degree Overseas (2021); Al-Islam dan Kemuhammadiyahan: How to Teach the Non-Muslim Students at Muhammadiyah Education University of Sorong (2021); The Use of Animated Film Media to Improve the Ability of Writing Short Stories in Elementary School (2021); Exploring the Strategies of Teachers to Integrate Tauhid in Teaching Science and History in Selangor, Malaysia (2021); Impact of School Principals’ Transformational Leadership and Teachers’ Organizational Commitment on Their Citizenship Behaviour (2021); Multiple Intelligence in the Perspective of the Qur'an (2020); Model of religious character education: A case study in Al-Hilal Islamic Primary School Bekasi, Indonesia (2020); Pendidikan Karakter Religius di Sekolah Dasar Islam Al-Hilal Kota Bekasi (2019); Peran Gender untuk Guru Sekolah Dasar di Kota Bekasi (2018); Upaya Meningkatkan Kompetensi Kepribadian Guru Sekolah Dasar (2017); Mengatasi Bullying Siswa Sekolah Dasar dengan Menerapkan Manajemen Kelas yang Efektif (2017); Pengambilan Keputusan Kepala Sekolah dengan Memberikan Penghargaan (Reward) (2016); Pemberdayaan Guru dalam Mendukung Pengambilan Keputusan Kepala Sekolah Dasar (2015).

Turut menyumbang tulisan dalam antologi buku, antara lain: Pribadi Berkemajuan: Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta (2022); Hikmah dibalik Wabah (2022); Jangan Gagal Paham (Cerdas dan Bijak di Era Media Sosial) (2021); Puasa Sunyi Masa Pandemi (2020); Aku dan IIUM (2020); Membaca Korona (Esai-Esai tentang Manusia, Wabah, dan Dunia) (2020), dan beberapa tulisan reflektif yang diterbitkan di media online, yaitu: Mereka Mendengar dan Melihat (2021); Ramadhan Bagai Charger dan Refresher (2020); Bagaimana Seharusnya Kartini Zaman Now (2020); Guru Pejuang Vs Penikmat (2019); Guru Seperti Dokter (2019); Digugu Dan Ditiru (2019); Orang Tuaku Sahabatku (2019); Miniatur Hidup (2019); Untuk Apa Belajar? (2019); Manusia Emas (2019).

Tegur sapa silakan ke Email: victorynie@gmail.com atau Facebook: Irnie Victorynie.