It's My Life
Seorang siswa SMA 2 Kuningan, tidak menonjol akademis, menghadapi tantangan saat persiapan kuliah. Meski awalnya ragu, ia mendaftar di STT Telkom dan berhasil masuk setelah ujian. Setelah melewati berbagai rintangan, termasuk tugas akhir yang sulit, ia mengembangkan karier hingga menjadi CEO. Perjalanan hidupnya mengajarkan bahwa keyakinan dan kerja keras akan membuahkan hasil.
INSPIRASI ALUMNI
Anton Ponawan, ST
10/30/20247 min read


Kembali ke masa lalu….
Saya adalah seorang siswa SMA 2 Kuningan yang tidak begitu menonjol dalam mata pelajaran yang ada. Meskipun pernah mendapatkan juara 1 cerdas cermat matematika setingkat SMP yang diadakan oleh SMA 2 Kuningan beberapa tahun sebelumnya, tidaklah menjamin bahwa saya sanggup mengikuti pelajaran setingkat SMA.
Dikala itu, seperti layaknya anak sekolah yang sedang mengalami pubertas pertama dan mencari jatidiri. Saya digembleng dengan displin oleh guru-guru di SMA 2 Kuningan dengan cara mengajarnya, materi kurikulum serta extra kurikuler yang ada cukup membuat saya berpikir bahwa waktu itu sangat singkat. Ditambah lagi dengan kegiatan non sekolah yang cukup banyak diantaranya Karate, Bulutangkis dan Les Bahasa Inggris, membuat waktu terasa sangat singkat.
Tibalah waktunya kelulusan yang mana saya hanya lulus dengan nilai standar sehingga menyulitkan saya untuk bisa masuk ke perguruan tinggi negeri yang diidam-idamkan anak Fisika. Salah satu perguruan tinggi paling favorit pada saat itu berada di Bandung dengan logo Ganesha yang membuat semua calon mahasiswa sangat ingin menimba ilmu di perguruan tinggi tersebut.
Dalam kondisi saat itu, saya menyadari bahwa kesempatan saya utk masuk perguruan tinggi negeri sangatlah kecil sekali, sehingga saya memutuskan untuk belajar diluar kota Kuningan untuk mengisi kekosongan waktu yang pada saat itu belum mendapatkan dukungan langsung dari orang tua karena adanya kekhawatiran untuk hidup jauh dari jangkauan orang tua. Tapi dengan argumen bahwa saya harus mempersiapkan diri untuk bisa meneruskan sekolah ke jenjang perguruan tinggi, saya diijinkan untuk mengikuti kursus singkat 45 hari di Bandung.
Adaptasi yang tersulit ketika tiba di kota Bandung adalah membiasakan diri untuk melakukan segala sesuatunya sendiri.
Pada saat itu saya tinggal berdua dgn teman satu kursus yang berasal dari Madiun sehingga memudahkan saya mempelajari ulang materi kursus yang diajarkan.
Seiring berjalannya waktu, sering kami ke toko gramedia yang ada untuk membaca-baca buku disana (pada saat itu masih diperbolehkan membuka buku tanpa membeli), mengingat tidak memungkinkan untuk membeli semua buku yang dibutuhkan karena keterbatasan biaya.
Sampai pada suatu hari, saya mendapat informasi dari teman satu kost tersebut dimana STT Telkom membuka penerimaan mahasiswa baru. Dia menyarankan saya untuk ikut mendaftarkan diri, saat itu saya sedikit ragu mengingat tujuan perguruan tinggi yang saya idamkan bukanlah STT Telkom melainkan sebuah universitas yang sudah cukup lama berdiri di jalan Surya Sumantri.
Mengingat saya pernah mempelajari materi-materi ujian di STT Telkom yang ada di Gramedia, saya memutuskan untuk mendaftar test masuk STT Telkom dan tentunya atas seijin orang tua di Kuningan.
Hari berlalu, tibalah waktunya ujian test masuk STT Telkom dimana saya mendapatkan tempat di SMA Negeri 5 Bandung. Saya berusaha mempersiapkan diri dipagi hari supaya siap menghadapi soal-soal yang ada dan menjawabnya dengan benar. Ujian dilakukan dua sesi yaitu pagi dan sore. Semua soal saya jawab semampu saya pada saat itu dan saya kembali ke kost setelah selesai.
Setelah 45 hari saya berada di Bandung, saya kembali ke Kota kelahiran – Kuningan.
Orang tua menyambut anaknya yang ”hilang” dengan gembira dan puluhan pertanyaanpun dilontarkan terutama ujian di STT Telkom. Saya hanya menjawab : ” Kita lihat saja hasilnya, yang terpenting saya sudah melakukan yang terbaik yang saya bisa lakukan”.
Pada satu hari, kami menerima sebuah telegram yang tidak kami ketahui siapa pengirimnya. Kami buka telegram tersebut dan disitu tertulis STT Telkom sebagai pengirim telegram tersebut. Dengan perasaan yang tidak menentu, kami bawa telegram tersebut yang menyatakan telah diterima menjadi calon mahasiswa di Perguruan tinggi tersebut dan jadilah saya mahasiswa STT Telkom Angkatan X dengan Jurusan Teknik Elektro pada tahun 1993.
Tak lepas dari rasa syukur yang mendalam, kami mengucapkan rasa terima kasih kepada Tuhan bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Perjalanan kuliahpun saya lalui dengan berbagai rintangan, mulai jadwal kuliah yang padat belum dengan jadwal praktikum yang terkadang bertabrakan sehingga harus pintar-pintar mengatur waktu.
Perjalanan ke kampus pun dilakukan dengan jalan kaki sampai akhirnya orang tua mampu membelikan sebuah sepeda untuk mengantarkan diri ke kampus yang pada saat itu sudah banyak mahasiswa yang berkendaraan roda dua maupun roda empat.
Pergaulan ketika kuliahpun menjadi titik renungan yang harus dipahami dan didalami, dimana kala itu saya belum mendapatkan jatidiri seutuhnya sehingga terbawa oleh pergaulan mahasiswa yang berasal dari kota besar yg memiliki latar belakang ekonomi yang jauh lebih mapan.
Pada tahun 1997, terjadilah reformasi dimana pada saat itu kondisi politik Indonesia sangat kacau sehingga banyak mahasiswa yang terlibat demonstrasi di Gedung Sate, saya pun tidak luput untuk ikut serta pada demo tersebut tetapi itu juga menjadi satu-satunya saya ikut serta demonstrasi dikala saya menyadari bahwa saya hanya dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kami mahasiswa difasilitasi kendaraan ke Gedung sate tetapi tidak diberikan konsumsi dan minum sepanjang hari sehingga saya memutuskan untuk pulang dengan menggunakan kendaraan umum yang ada. Disitulah saya berpikir : ” saya mahasiswa , tugas saya belajar supaya lebih baik dan bukan menjadi bagian dari politik yang bukan tugas mahasiswa”.
Mengingat semua mata kuliah sudah dijalani, tinggalah mata kuliah terakhir yang harus saya hadapi yaitu Tugas Akhir sebanyak 4 SKS.
Saya menyusun Tugas Akhir itu dengan membuat sebuah perangkat elektronik berupa sentral telepon yang akan digunakan untuk di kost yang berjumlah 12 kamar sehingga tidak perlu repot-repot meneriaki teman kost yang dihubungi dari luar melalui telepon.
Penyusunan Tugas Akhir terhenti di BAB III dimana saya harus membuat perangkat tersebut dan pada saat itu komponen yang dibutuhkan tidak tersedia di Indonesia. Disaat yang bersamaan, salah satu teman kampus yang sudah lulus menawarkan saya untuk membangun usaha warnet ( Warung Internet) dan saya diminta untuk menginstalasi jaringan di warnet tersebut.
Tawaranpun saya sanggupi dan saya melakukan diskusi yang ternyata saya juga ditawari untuk menjadi guru di Lembaga Pendidikan yang ada.
Hampir dua tahun saya mengajar komputer di Lembaga pendidikan tersebut dan pernah juga menyelesaikan proyek pemasangan jaringan komputer disalah satu institusi asuransi kesehatan di Bandung.
Pada satu saat, saya menerima informasi dari teman kuliah bahwa saya akan di Drop Out dari Kampus jika tidak bisa menyelesaikan kuliah pada bulan September tahun 2000. Pikiran saya langsung teringat akan Tugas Akhir yang belum selesai.
Dengan susah payah dan keterbatasan waktu yang ada, saya mengundurkan diri dari Lembaga Pendidikan tersebut untuk fokus menyelesaikan Tugas Akhir yang ada dimana saya harus kembali ke kampus, mendapatkan izin perpanjangan Tugas Akhir dan menghadap kembali dosen pembimbing yang sudah lama saya tinggalkan. Rasa malu serta semangat menyelesaikan kuliah bercampur aduk jadi satu. Hampir selama 3 bulan, saya hanya bisa beristirahat 2-4 jam perhari untuk mengejar desain peralatan yang belum selesai. Dengan doa, saya minta petunjuk untuk mendapatkan kelancaran dalam pembuatan prototype peralatan sentral telepon mini yang saya rancang.
Tiba pada suatu hari, mukjizat itu datang. Saya melihat sebuah toko kecil yang menjual komponen elektronika di Jalan Jakarta dan dengan iseng saya datangi toko tersebut, ternyata saya mendapatkan komponen yang saya cari selama ini, disana saya mendapatkan chip tersebut yang hanya tertinggal 1 buah. Karena pada saat itu saya tidak membawa uang yang cukup, saya menaruh uang yang saya bawa sebagai uang muka untuk saya lunasi keesokan harinya.
Suka duka menyusun Tugas Akhir, saya jalani dan saya bisa mendapatkan nilai A pada mata kuliah tersebut dan akhirnya saya bisa mengikuti Wisuda 2 tahun setelahnya.
Sebuah contoh yang kurang baik untuk ditiru jika saya menyelesaikan kuliah hampir 9 tahun sejak saya masuk menjadi mahasiswa.
Diwaktu yang bersamaan dimana Tugas Akhir telah selesai, saya bersama-sama 3 orang teman kuliah yang lainnya, membuat usaha warnet maupun desain corak tekstil. Usaha warnet dipercayakan kepada saya dimana saya merangkap sebagai Admin, Office Boy maupun teknisi warnet.
Dua tahun berjalan, salah satu teman kuliah mengenalkan saya kepada temannya yang ingin membuka usaha warnet. Saya membuatkan proposal bisnisnya, konfigurasi tempat maupun jaringan dilokasi yang ditentukan. Proposal tersebut disetujui dan saya memutuskan untuk pindah ke Depok, sementara usaha warnet di Bandung diserahkan kepada teman yang lain.
Dua tahun juga saya berada di Depok menjadi karyawan warnet sebagai administrator, operator warnet, office boy maupun teknisi. Sampai suatu saat dibulan Mei tahun 2004, saya menerima panggilan telepon dari salah satu sales manager ( saya ketahui setelah saya bergabung di perusahaan tersebut) pada jam 11 malam ketika saya melakukan pemeliharaan komputer maupun jaringan di warnet.
Saya diminta untuk mempelajari sebuah web site perusahaan yang beralamat di http://www.panorama.co.id . Pada saat itu saya sedang berhadapan dengan komputer dan dengan mudah saya buka website tersebut. Saya pelajari sekilas dan materi yang ada tidak jauh dari pengetahuan saya sewaktu menimba ilmu di STT Telkom.
Singkat cerita, saya diwawancara via telepon dan diminta datang untuk wawancara langsung di kantor perusahaan tersebut.
Setelah melalui proses seleksi, akhirnya saya diterima menjadi karyawan percobaan selama 3 bulan pada tanggal 21 Juni 2004.
Perjalananan karir saya dimulai sejak itu, dalam 3 bulan pertama saya harus bekerja di dua tempat yaitu dari Senin – Jumat saya berada di perusahaan PT Panorama Timur Jaya, pada hari Sabtu dan Minggu saya bekerja sebagai karyawan warnet. Tidak ada waktu luang untuk saya bisa bersenang-senang dan akhirnya saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari warnet yang ada untuk bisa fokus berkarya di perusahaan yang baru.
Pada tahun 2005, saya dan atasan saya serta beberapa teman lainnya memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut dan membangun perusahaan baru yaitu PT MultiIntegra.
Perjalanan karirpun dimulai lagi dari perusahaan ini dimana pada saat ini, perusahaan tersebut mampu membeli kepemilikan perusahaan tempat saya bekerja awal yaitu PT Panorama Timur Jaya yang kemudian diganti nama menjadi PT Panorama Graha Teknologi.
Sepanjang dari tahun 2004 – 2023, berbagai ilmu saya dapatkan, mulai ilmu berbisnis, cara berkomuniasi dengan orang luar negeri dan banyak hal lagi sehingga saat ini saya dipercaya menjadi CEO diperusahaan tempat awal saya bekerja yaitu PT Panorama Graha Teknologi maupun sebagai COO di PT MultiIntegra yang semua tergabung menjadi MultiIntegra Technology Group.
Suatu yang tidak pernah saya bayangkan untuk bisa berpetualang di negara orang lain telah saya jalani selama ini, negara-negara di Eropa, Kota-kota di Amerika, Kota di Rusia maupun Asia pernah saya kunjungi selama saya berkarir.
Disinilah kita jangan pernah membatasi cita-cita sendiri, bukalah wawasan dan pemikiran supaya mampu menerima informasi dan mencerna dengan baik.
Akhir tulisan. saya menceritakan perjalanan hidup ini bukan untuk menyombongkan diri tetapi untuk berbagi dengan yang lain bahwa tidak ada seorang pun yang tahu akan masa depannya, selama punya keyakinan kepada Tuhan yang akan membimbing kita ke jalan yang benar dan tidak pernah putus asa dalam berkarir serta fokus terhadap kemampuan diri, SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA
Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada guru-guru yang telah memberikan sumbang sih kepada SMAN 2 KUNINGAN juga kepada saya pribadi sehingga saya bisa seperti sekarang ini.
Note : Semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk semua yang membacanya dan saya pun masih dalam proses menjalani karir sampai pada saatnya nanti untuk pensiun.
Biodata penulis: Anton Ponawan, ST, Alumni SMANDA - Fisika 1993